Bukti Investasi Digital Indonesia Yang Menjajikan, Karena Derasnya Investasi Dari ADIA

Jakarta - Iklim investasi dan ekonomi digital di Indonesia dinilai sangat menjanjikan. Ini dibuktikan dengan derasnya investasi yang dilakukan oleh Abu Dhabi Financial investment Authority (ADIA) ke Indonesia.

ADIA masuk tidak hanya ke proyek infrastruktur yang ada di Indonesia, tetapi juga investasi di perusahaan electronic seperti GoTo. ADIA berinvestasi di salah satu decacorn Indonesia bukan tanpa alasan.

Analis Saham Trimegah Securities Richardson Raymond Equity mengatakan, ADIA berinvestasi di perusahaan digital (startup) lantaran melihat potensi perekonomian Indonesia yang masih sangat menjanjikan.

Dengan penduduk yang sangat besar, infrastruktur telekomunikasi yang sudah terbangun sangat luas serta banyaknya perusahaan rintisan yang tumbuh berkembang, membuat Indonesia di mata ADIA maupun financier asing menjadi sangat 'seksi'.

"ADIA masuk ke GoTo sebesar USD 400 juta dikarenakan selama ini Gojek dan Tokopedia memiliki track record yang sangat bagus. Selain itu lini usaha GoTo selalu tumbuh dan berkembang.

Investasi ke decacorn Indonesia ini memberikan sentimen positif bagi perusahaan digital lain untuk dilirik investor asing. Saya yakin ekonomi electronic Indonesia masih dapat terus tumbuh,"ungkap Richardson kepada wartawan, Senin (15/11/2021).

Lanjut Richardson, salah satu bukti kesuksesan dan tumbuhnya ekonomi digital Indonesia adalah banyaknya capitalist asing multi nasional yang sudah masuk ke perusahaan digital. Contohnya saja Google, Facebook, Temasek, Allianz, maupun SoftBank yang sudah terlebih dahulu menjadi capitalist di perusahaan digital nasional.

Selain berinvestasi di sektor konsumer, menurut Richardson, investor asing juga sudah melirik potensi di perusahaan electronic kesehatan, logistik, dan pendidikan sebagai target penempatan dana investasinya.

Kepercayaan financier asing yang tinggi tersebut dikarenakan perusahaan digital kesehatan, logistik, dan pendidikan sudah terbukti bermanfaat serta memberikan nilai tambah bagi masyarakat Indonesia ketika pandemik Covid-19 berlangsung.

"Contohnya HaloDoc menjadi perusahaan electronic kesehatan yang membantu pemerintah dalam menyalurkan vaksin dan obat, sehingga perusahaan digital kesehatan, logistik, dan pendidikan akan menjadi primadona selanjutnya bagi financier asing yang akan menginvestasikan uangnya di perusahaan digital,"ungkap Richardson.

Sebelum capitalist asing masuk dan berinvestasi di perusahaan digital , sebenarnya sudah banyak perusahaan nasional yang menempatkan dananya di perusahaan digital tersebut.

Sebut saja BCA, Telkomsel, maupun Financial institution Mandiri yang sudah menjadi investor dan menanamkan dana cukup besar di perusahaan digital.

Langkah Telkomsel Dinilai Tepat

Perusahaan seperti Telkomsel yang berinvestasi di perusahaan digital dinilai Richardson memiliki perhitungan yang sangat matang. Mereka tentunya sudah melihat potensi tumbuhnya ekonomi digital nasional dan rencana bisnis masing-masing perusahaan yang menjadi target.

"Mereka yang berinvestasi di perusahaan digital pasti memiliki perhitungan mengenai potensi dari ekonomi digital nasional dan potensi perusahaan yang menjadi target investasinya. Misalnya Telkomsel investasi di perusahaan digital seperti GoTo, HaloDoc, dan TaniHub.

Pasti mereka melihat potensi sinergi dengan core bisnis utama mereka selama ini yaitu konektivitas. Jadi diharapkan investasi mereka di perusahaan digital akan menciptakan sinergi positif ke bisnis utama mereka dan menciptakan nilai tambah,"papar Richardson.

Investasi yang dilakukan Telkomsel untuk berinvestasi serta mengembangkan ekonomi digital  menurut Richardson juga sejalan dengan arahan Menteri BUMN Erick Thohir yang ingin mendukung program pemerintah Presiden Joko Widodo untuk menjadikan ekonomi digital sebagai new ekonomi dan new oils. Sebab di masa mendatang antara ekonomi digital dan ekonomi konvensional tak akan mungkin dipisahkan.

"Sehingga langkah Menteri BUMN Erick Thohir yang meminta agar Telkomsel menjadi perusahan telekomunikasi yang berinvestasi di perusahaan electronic sudah tepat. Perusahaan konvensional seperti Telkomsel atau Astra mutlak berinvestasi di perusahaan electronic untuk meningkatkan value,"tutup Richardson.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BI-Fast Menambha 22 Bank Calon Peserta, Akan Dimulai Pada Awal Januari 2022

Presiden Jokowi Mengatakan RI Ekspor Bahan Mentah Sejak Era VOC, Sudah Tak Zaman Lagi

PT. KCIC Tegur Kontraktor Yang Lakukan Pembongkaran Terkait Pier Yang Menimpa Satu Crane